Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ada kalanya hidup
tidak berjalan sebagaimana kita harapkan. Gelombang ujian dan cobaan seakan tak
henti menerpa. Dari yang hanya membuat kita tertegun sejenak hingga yang
menjadikan kita terkapar tak berdaya karenanya. Pedih dan getir pun menjadi
rasa yang tertuai.
Saudaraku, yang perlu
terus kita yakini bahwa getirnya hidup tidaklah menandakan rahmat Allah telah
sirna. Perihnya cobaan, bukanlah isyarat bahwa kemurkaan Allah sedang
menggelayuti kehidupan ini.
Sebaliknya, getir dan
perihnya rasa yang kita alami itu, dapat menjadi tanda bahwa Allah sedang
menghapus dosa-dosa yang pernah kita perbuat. Karena ada dosa yang tidak bisa
dihapuskan kecuali oleh rasa getir dan perih. Ada dosa yang tak terhapus hanya
oleh air mata penyesalan. Ketika pedihnya terasa, disanalah dosa akan
terampuni. Saat getirnya membuncah, disitulah kesucian akan tertuai.
Hasilnya, hati pun
menjadi tenang dan keberkahan hidup menjadi jaminan.
Atau bisa jadi, itu
semua menjadi tanda bahwa kita sedang dipersiapkan untuk menerima nikmat yang
lebih besar, yaitu menjadi kekasih Allah atau para pencinta-Nya. Dan untuk
menjadi para pencinta-Nya, haruslah siap diuji. Itu adalah harga yang tak bisa
ditawar-tawar lagi. Sebuah keniscayaan yang telah menjadi sunatulllah-Nya.
Kita harus siap-siap
digerinda, yang merupakan syarat untuk bisa dekat pada Allah. Gerindaan yang
berbentuk ujian dan cobaan, akan terus-menerus menghampiri. Ia tidak akan
hilang hingga segala karat-karat dosa kita, terkikis olehnya.
Seperti buah kelapa,
untuk dapat diambil santannya, ia harus dijatuhkan terlebih dahulu dari
pohonnya yang tinggi. Kemudian, kulitnya harus dikelupas dengan paksa hingga
tak tersisa lagi. Setelah bersih, ia lalu dibelah menjadi beberapa bagian.
Setelah itu,
potongan-potongan kelapa tersebut lalu diparut hingga hancur dan hanya
menyisakan ampasnya. Apakah telah selesai? Tentu saja belum, karena ampas
kelapa itu akan diperas hingga keluarlah santan, yang disana manfaatnya baru
terasa.
Begitu juga sifat
dari cobaan dan ujian. Ia akan terus melumat dan menghancurkan segalanya,
hingga yang tersisa adalah bagian-bagian dari diri kita yang secara kualitas,
telah siap menjadi para pencinta-Nya.
Karena itu, saat
gerinda telah datang, segeralah bertobat agar tak hanya pintu tobat yang
terbuka, namun status menjadi pencinta-Nya pun akan menjadi milik kita. Tetapi
bila gerinda itu belum tiba, jangan terlena olehnya.
Tetaplah mendekatkan
diri pada-Nya dengan selalu menempatkan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam
hidup kita.